Layaknya hidup adalah permainan, apa peran
yang ingin kau mainkan?
Rentetan peluru berlalu lalang dimana saja... Suara tembakan memenuhi area De Champ tempat pelatihan barak militer
Amerika Serikat, ledakan-ledakan granat bagai kembang api yang simpang siur
memecah keheningan di siang itu... Tim berjalan beriringan melindungi setiap
personil... Aug9 buatan jerman terselempang di tangan kanan, siap mematikan
gerak langkah siapa saja.. Tiba-tiba peluru datang menghujani Leon_S Kennedy/Sas/ Zombie:Hunter yang
tengah sibuk mengganti magazine senapannya.
“Serangan!”, teriak salah
seorang personil.
“Shoot back!”, teriakan dari PC_Arnold.
Balasan tembakan dilontarkan dari setiap mulut-mulut senapan buatan Jerman
itu. Satu persatu musuh berjatuhan.
“Peluru habis! Reload!”
“Tahan tembakan musuh!”, menyerukan sambil mengambil M4A3 Rifle.
Tiba-tiba ada suara teriakan memecah konsentrasi kami ketika
pertempuran berlangsung, ”Watch out Flashbang!”
ZLAB...
Tiba-tiba semua menjadi terang berwarna putih memenuhi pandangan, hanya
suara desingan peluru yang mengiang di telinga. Lama kelamaan Bayangan mulai
terlihat tapi samar dalam pandangan, lelaki berbaret hijau datang menghampiri.
Kucoba untuk menembak tapi sialnya amunisiku habis, dan lelaki itu semakin
mendekat dan mendekat hingga kulihat dia mengeluarkan parangnya dan.....
JEGLEG...
“YAAAHH....”, suara tanda kekecewaan keluar dari mulut semua orang, termasuk ke-lima anak yang lagi asyik main Counter
Strike di warnet. Warnet di jalan margonda itu pun mati lampu, membuat
suasana yang tadinya adem ayem, jadi panggung politik dan curhat dadakan
anak-anak warnet.
“Aduh, gua kan dah bayar
listrik masa mati lampu segala sih”
“Yah, char RF gua padahal
dikit lagi mau level 40”, sambil berjalan keluar warnet.
“Huuuh... Facebook gua
belum di logout lagi” , sambil
memeluk monitor komputer berharap lampu nyala lagi.
Keadaan jadi aneh dan gak karuan, ada yang teriak-teriak gak jelas, ada
yang langsung keluar warnet, ada yang kipas-kipas karena AC Warnet mati dan ada
yang sudah memakluminya.
“Hampir aja gua mau ngekill lu jis, tadi tinggal gua sentil
pake pisau dapat poin gua jis”, Bandi menyerukan ke aji.
“Hehe.. lagi enggak
beruntung lu Ban..”, tertawa meledek Bandi yang lagi ngecek hp-nya ada sms atau
tidak.
“Emang gak praktis,
prestis dan etis nih buat waktunya mati lampu...” Cerga bergumam sendiri.
“Udah deh sabar aja...
lain kali kita main lagi deh Ga...”
“Gimana nih sekarang Ajis, Bandi, Cerga, Afwan?”, tanya Hendra kepada teman-temannya.
“Yaudah kita langsung jalan aja ke Gedung
pertemuan, katanya kita ada rapat penting dari ketua?”
“Iye engga ada kerjaan juga kita nungguin lampu
nyala lagi”. Semuanya pun setuju dengan pendapat Afwan.
“Lets go dah kalau gitu...”
Dan gerombolan anak remaja atau BW alias Bocah
Warnet ini keluar dari warnet yang biasanya mereka ngumpul bareng kalau ada waktu
senggang buat main warnet. BW atau singkatan dari Bocah Warnet adalah julukan
bagi anak-anak yang suka main di warnet bagi mereka, termasuk menganggap
sendiri bahwa itu mereka. Semua game online maupun offline mereka mainkan dari
Seal, Dota, RF, PB, Counter_Strike, Call of Duty, Crisis, Command and Conquer,
apa saja yang membutuhkan kekompakan tim dan mengasah otak. Hobi mereka yang
suka menganalisis dan menyukai sistem, dan mekanika senjata ataupun mesin membuat mereka menyukai game-game perang.
Merekapun keluar dari Gelembung... julukan dari nama warnet langganan mereka... Sebenarnya
dulu nama warnet ini adalah CrushNet, tetapi kini berubah menjadi BubbleNet
yang berarti Gelembung.. Keadaan perbedaan
di dalam warnet dan di luar yang significant
memang bikin badan dan kepala langsung pusing. Dari dingin ke
panas, kondisi tubuh jadi berubah drastis. Warnet di daerah jalan margonda ini
mulai sepi pengunjung karena berbagai hal yang dihadapi.. mulai operatornya yang
mengundurkan diri... kalah saing dengan warnet yang lain... hingga komputer
yang mulai sering Hang akibat
anak-anak yang sering main menggunakan cheat..
padahal cheat itu memiliki sistem
kerja seperti virus yang memanipulasi atau mengubah program dengan cara merusak
data beberapa sistem pendukung program. Imbasnya
bisa membuat kinerja komputer menurun... Kelima
anak ini menyusuri jalan setapak di pinggir jalan raya dekat Bank BNI.
“Haduh puyeng gua”, Afwan memegang kepalanya.
“Kebiasaan nih kalau habis dari warnet hawanya
engga enak”, Ajis ikut-ikutan Afwan memegang kepalanya.
“Haduh gua juga pusing”, Cerga malah memegang
perutnya.
“Kok lu malah megang perut Ga kalau pusing?”,
Hendra bingung.
“Gua pusing bukan karena warnet tadi... tapi
karena perut gua laper. Dan kalau perut laper ujung-ujungnya kepala gua pusing.
Kaya iklan di TV loh.. Dari perut turun ke kaki.. dari perut naik ke kepala...
dari perut turun ke tangan... dari perut ke semuanya... sambil memeragakan gaya
anak kecil di iklan Susu Dancow.
“Dasar lu Ga..Ga..”
“Wakakak, ngakak gua...”
Melihat ada tukang gorengan lagi mangkal di deket pohon jambu Bandi
menawarkan Cerga buat beli gorengan.
“Cerga, ada tukang
gorengan tuh.. lu mau gua... Belum selesai ngomong Bandi ngerasa ada yang narik
tangannya dengan erat dan langsung narik dia ke tukang gorengan.
“Gua mauuuuuu.....”, Cerga
berlari melewati Afwan dan Ajis yang lagi jalan di depannya.
BUUAAAK...
Ajis dan Afwan kena serempet sama Antelop berbadan Gendut yang berlari di
tengah mereka tadi.
“Waduuuh!!!”, Ajis nabrak
pohon kelapa di kanannya dan Afwan nabrak tembok di kirinya pake bibir. Sedangkan
Hendra Cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah manusia-manusia
Koclak bin Koplak di depan dia.
Setelah menawar ria sama tukang gorengan, yang gorengannya ditawar seribu 4
biji sama Cerga. Mereka langsung naik mobil menuju Gedung dimana mereka
dilantik jadi Agensi.
Gedung tinggi berarsitektur modern dengan kaca dan tembok putihnya yang
sudah tidak asing lagi bagi mereka seakan menyambut mereka. Wings of
Ambasador nama Gedung tersebut... Gedung yang seperti perkantoran
lainnya ini ternyata memiliki sebuah bagian tersembunyi untuk para anggota
corporasi rahasia. Yang ternyata tempat berkumpulnya para agent rahasia dari
seluruh negeri.
Melewati pintu geser
otomatis, suasana berubah menjadi berbeda. Mereka merasakan seperti memasuki
sebuah film.. dan merasa seperti sekumpulan agent rahasia yang benar-benar dicari
orang banyak... Orang disekitar mereka memakai baju-baju yang rapih dengan jas,
dan blezernya yang berlalu lalang sibuk dengan tugas mereka. Entah apa yang
mereka cari? mereka tidak tahu... Tiba-tiba muncul seseorang berbaju hitam
layaknya FBI mendekati mereka.
“Kalian sudah ditunggu di
ruang rapat, mari ikuti saya”, laki-laki itu lalu membawa sekumpulan remaja ini.
Membawa mereka ke sebuah ruang tunggu di mana terdapat sofa, kulkas, TV, dan
beberapa komputer.
“Kalian tunggu disini dulu,
saya akan menemui pimpinan”
Sekumpulan anak yang masih menduduki bangku SMA ini langsung beristirahat
menggunakan fasilitas yang ada. Cerga langsung mengutak-atik komputer yang ada.
Afwan dan Bandi langsung duduk selonjor di atas Sofa. Ajis langsung iseng-iseng
membuka kulkas melihat ada makanan atau minuman yang bisa diminum. Hendra Ikut
selonjor sama Bandi dan Afwan sambil nonton TV.
“Beruntung ya kita engga
sengaja diterima disini, dapat fasilitas kaya gini lagi”, Cerga terlihat
antusias dengan komputernya.
“Iya beruntung... Tapi
kita mau rapat apa ya?”, Afwan menyandarkan kepalanya di sofa.
“Apa tentang misi pertama
kita?”, Bandi mengira-ngira.
“Mungkin...”, Ajis ikut
duduk bareng teman-temannya, sambil menawarkan Pepsi Blue yang tadi dia temuin di kulkas.
“Susah enggak ya misi
pertamanya...”,Bandi meragu sambil memandang kosong ke langit-langit ruangan.
“Apa misinya suruh ngebom
gedung? Atau menyusup ke Pemerintahan? atau menghabisi target tertentu? Gimana
jadinya ya...”
“Gua kenapa jadi parno
gini sih?”, Afwan mulai memikirkan hal yang enggak-enggak.
Suasana yang tadinya biasa dan santai saja tiba-tiba berubah jadi tegang
dan menakutkan. Semuanya jadi terdiam resah dan gelisah mengerubungi pikiran
mereka.
“Eh, inget engga pas
pertama kita ketemu? lu semua tuh pada konyol abis...”, Ajis mengingatkan masa
lalu mencoba menghilangkan rasa resah pada diri teman-temannya ini.
“Hehe, iya gua inget
tampang lu dulu anta banget Jis”, Bandi menyenggol temannya yang berkepala
plontos.
“Sama kali Ban.. sekarang
juga masih anta, engga ada bedanya”, Hendra menambahkan perkataan Bandi.
Mukanya Ajis jadi berubah datar kaya tembok terminal, yang penuh coretan tapi
bedanya mukanya ini penuh dengan jerawat.
Ajis langsung kena timpuk Hendra pake bantal sofa
gara-gara dia bertampang kaya gitu ngingetin dia sama tukang bangunan yang lagi
ngerenov rumahnya.
“Dan kita bersama karena
kita mempunyai satu mimpi dan cita-cita yang sama...”, Ajis mulai bergaya kaya
penyair... dan kena timpuk bantal lagi sama Hendra.
“Ya... menjadi yang
terbaik dan melindungi setiap orang”
“Kok kaya power ranger sih
jadinya?”, Afwan mengernyitkan dahinya.
“Membela kebenaran membasmi
kejahatan... Huohohoho... Saya adalah pahlawan bertopeng”, Ajis berubah gaya
menirukan pahlawan bertopeng di film Crayon Sinchan sambil memakai plastik kresek di kepalanya. Otomatis tanpa tombol ON-OFF
mereka semua jadi tertawa ngakak sampai ngeluarin air mata, Ajis kini kena
timpuk bantal sama semua temannya. Suasana yang tadinya tegang mulai mencair
ketika mereka terbawa dalam tawa.
Satu jam terlewat namun
orang tadi belum juga datang. Namun saat mereka lagi asyik-asyik ngobrol
terdengar pintu dibuka. Dan muncul lagi orang yang berbaju hitam itu.
“Tolong ikuti saya ke
ruang rapat”, laki-laki itu berlalu keluar.
“Yu ikutin...”, Afwan
mengajak teman-temannya.
“Itu gimana si Cerga masih
terpaku sama komputer gitu?”, Hendra melihat Cerga masih ngutak-ngatik
komputer.
“Udah gua punya
rencana...”, Bandi langsung menghampiri Cerga.
Sementara Cerga lagi asyik berchating di FB sama cewe yang baru dia kenal.
Anda sekarang berteman dengan Sofia_Feninda,
untuk memasukan ke daftar teman silakan klik disini...KLIK, suara mouse terdengar ditekan.
Tak berapa lama... ada wall masuk...
@Sofia_Feninda: Thanks dah di add J
Oh anak yang tadi barusan gua
add, Cerga
nginget...
@Cerga_Koswara: Sama2
Cerga balas kirim wall balik, terus ngelanjutin lagi liat
status temannya yang lain. Tiba-tiba ada chat masuk enggak dikenal... #1
message from Sofia Feninda#
Oh.. dia lagi... membuka
daftar chat.
@Sofia_Feninda: Wew...
@Cerga_Koswara: Wew knpa?
@Sofia_Feninda: ga... keren aja ppnya...
@Cerga_Koswara: thanks, itu pas lagi di bromo brng tmn
@Sofia_Feninda: Oh, pernah ke bromo?
@Cerga_Koswara: Iya, waktu libur skul... pp lu juga cakep
banget...
@Sofia_Feninda: Hha masa? :D Machi yupz...
@Cerga_Koswara: anak mana?
@Sofia_Feninda: sma nusantara
Cerga diem sebentar... nginget-nginget SMA itu dimana..
@Cerga_Koswara: Oh, yang deket pasar kan?
@Sofia_Feninda: Iya...
By the Way... masih single?
@Cerga_Koswara: Hmm.. Gitu deh..
@Sofia_Feninda: Boleh minta num hp’a ga?
@Cerga_Koswara: Buat apa?
@Sofia_Feninda: buat curhat aja... boleh engga?
Tertegun sebentar ngedenger kata-kata cewe itu... Cerga
berharap mungkin aja dia bisa pdkt sama tuh cewe...
@Cerga_Koswara: 085677409787... bisa kali minta num’a
juga...
@Sofia_Feninda: Oke-oke :p... kebetulan sama Im3 juga..
Sofia mulai mengetik nomornya..
@Sofia_Fenanda: 08567....
JEGLEG
“Yah, kenapa lagi nih komputer?”,
kaget melihat monitor komputer mati sendiri.
“Gua yang matiin komputernya”, Bandi muncul dari balik komputer ngeluarin
tampang jailnya. Kaya jack dalam kotak...
Ngagetin!!
“Ah, lu mah Ban, orang lagi seru-serunya juga, baru aja gua mau pdkt sama
cewe”, Cerga langsung patah semangat. Suasana mukanya jadi abu-abu... kelam
tanpa semangat yang berarti... hitam putih tanpa warna...
“Hehe maaf... tapi udah disuruh ke ruang rapat tuh”, berlalu pergi mengejar
temannya yang lain.
“Oh... ah yaudah deh...”, berjalan lemas nginget cewe tadi yang bernama
Sofia... dia belum dapat nomornya... jadi dia Cuma bisa berharap Sofia bakal
sms dia duluan..
Kelima anak itu akhirnya jalan bareng lagi.
“Lantai berapa rapatnya?”
“Lantai tiga”
“Yaudah kita naik lift aja”
Sampailah mereka di satu pintu yang pernah mereka lalui sebelumnya ketika
mereka terpilih pada suatu agency intel semi militer yang membuat hidup mereka
berubah. Terpampang tulisan di depannya Only
employent Staff.
“Kita buka nih?”, Bandi
bertanya ke teman-teman seperjuangannya sejak SMP hingga SMA saat ini. Menatap
mereka satu persatu mecoba mencari jawaban dari mata mereka.
“Iyalah kita buka.. Buat
apa lagi kita datang, ini cita-cita kita kan?”
“Iya kita terpilih juga
karena ambisi kita untuk menjadi orang yang bisa melindungi orang lainkan?”
“Gua setuju sama lu”
“Ambisi sesuatu yang
membuat kita untuk terus berjuang”
“Dan mimpi adalah suatu
cita-cita untuk kita gapai, benar kan?”
“Ambisi dan harapan jadi
satu”, Afwan menyatukan kata-kata itu.
“Jadi kita buka?”, bertanya sekali lagi untuk meyakinkan. Dan dijawab
dengan tatapan mantap teman-temannya. Dengan yakin akhirnya pintu itu dibuka...
Dan terlihat jelas meja rapat dan bangku yang berjajar rapi mengelilingi meja
dengan proyektor yang berada di tengah.
“Waah... Dah lama gua engga kesini lagi”
“Kira-kira dah setahun
setelah pelantikan dan pelatihan”
“Shuut, tenang ngapa
jangan pada norak”
“Serius dikit ngapa”
Dingin serasa menyergap tubuh ketika besi tempat duduk bersentuhan dengan
tangan. Dan suasana jadi hening seketika saat suara seseorang terdengar. Suara
yang pernah memilih mereka dan membuat mereka dapat berada di sini.
“Selamat Pagi”
“Selamat pagi Pak”, suara
mereka serentak berbicara.
“Saya mengumpulkan kalian
disini untuk memberikan misi pertama pada kalian berlima”.
Misi pertama? Sebuah pertanyaan dan perasaan tak menentu
menghinggapi pikiran dan hati mereka semua. Seperti ada genderang drum
bergemuruh di pikiran mereka.
“Misi pertama kalian tidak
terlalu sulit...”
Genderang dalam pikiran mereka sedikit memelankan suaranya.
“Misi kalian hanya
mengawal dan menemani anak dari kepala sekolah SMA Nusantara yang terkenal di
kota Jakarta, dalam rangka perwakilan sekolahnya untuk Seminar Pelajar
Nasional. Dan berbagai kegiatan lain yang akan dilakukan disana. Kegiatan ini
juga tidak boleh sampai dibatalkan karena menyangkut kepentingan nasional dan
akan disiarkan langsung oleh stasiun televisi. Kegiatan seminar itu akan
dilaksanakan di daerah Yogyakarta tepatnya di gedung serba guna CakraKencana.
SMA Nusantara? Cerga keinget sama Sofia yang sekolah disana
juga.
“Gampang deh misinya kalau
gitu”, Bandi mulai menjelajahi pikirannya tentang misi ini.
“Wah di yogya... bisa pulang
kampung sekalian nih gua”, Cerga jadi nginget kampung halamannya juga.
“Sama... kampung
nenek-kakek gua juga engga terlalu jauh dari Yogya”, Ajis engga mau kalah.
“Eh, pada ngobrol sendiri
lagi nih.. dengerin ngapa kalau pimpinan ngomong”, Afwan mengingatkan
teman-temannya yang mulai berpikir
keluar dari rapat misi.
Tiba-tiba lampu ruangan mati dan layar proyeksi menyala, memunculkan gambar
foto dari anak kepala sekolah itu.
“Ini anak kepala sekolah
yang harus kalian kawal nanti,
namanya adalah Aninda Welina
Mekasari”
“Kirain anak kepala
sekolahnya laki-laki, tahu-tahunya perempuan”. Bandi mengernyitkan dahinya.
“Wew, manis juga tuh”,
Ajis ngomong apa yang ada dipikirannya.
“Oh, iya kalian juga harus akrab dengan anak
kepala sekolah ini, agar lebih mudah dalam menjalani misi kalian”.
“Tapi pimpinan... bagaimana bisa kami yang beda sekolah
bisa akrab dengan anak kepala sekolah dari SMA Nusantara yang terkenal dan
nomor satu di kota itu?”, Hendra akhrinya ikut berbicara yang sedari tadi diam
memperhatikan rapat. Teman mereka yang satu ini memang selalu tampak cool dan
pendiam. Tapi selalu memperhatikan semuanya.
“Untuk itu agensi telah
mengatur semuanya. Kalian akan menjalani masa pertukaran pelajar sekolah selama
waktu yang ditentukan”
“Pertukaran pelajar?”,
semuanya berseru saling berpandangan.
“Perlengkapan kalian akan diatur semuanya oleh
agency kalau-kalau sesuatu yang tidak terduga terjadi”.
“Ngomong-ngomong ada
asuransinya engga ya...?”, Cerga sedikit bertanya.
“Pastinya ada asuransi untuk
kalian berlima dan bila misi ini berhasil kalian akan mendapatkan hadiah atas
keberhasilan kalian”, pimpinan menambahkan.
“Ok..ok..ok...sip... kami
siap menjalani misi ini” , Cerga langsung semangat.
“Giliran soal hadiah pasti
langsung semangat deh”, Bandi melirik dan menyindir Cerga.
“Semua data lengkap
tentang misi ada di berkas yang akan diberikan oleh asisten di luar ruangan
nanti”.
“Baik kami akan menjalankan
misi ini”
“Ingat identitas kalian
tidak boleh sampai diketahui oleh siapapun kalau kalian adalah agency mata-mata
rahasia, dan semoga berhasil dalam misi
pertama kalian ini”. Lampu proyektor mati dan lampu ruangan kembali
menyala.
“Widih kaya nonton bioskop
saja tadi.”, sambil Bandi bangun dari tempat duduknya.
“Dah yu kita keluar, sekalian
ambil berkas misinya”
Mereka berlima keluar dari ruang rapat dan mencari asisten yang
diberitahukan tadi. “Mana lagi
nih asistennya?”
“Kok engga ada ya, katanya dah nuggu di luar?”
“Sabar kita cari aja dulu
ke lantai bawah”
Kelima anak ini berjalan menaiki lift, turun ke lantai dasar. Tapi mereka
berlima jadi heboh karena Cerga sempet mengalami lonjakan naik turun
hidrolistis lambung alias mabuk gara-gara naik lift tadi. Jadi terpaksa mesti
mampir ke Kamar Mandi sebentar.
“Cerga udah belum?”, Afwan
bertanya dari balik pintu kamar mandi.
“Belum...Bentar
lagi...oeegh...oeegh..”, melanjutkan mualnya lagi.
Sambil menunggu Cerga selesai, Hendra dan Afwan mencari Berkas misi mereka.
Dan akhirnya ketemu di tempat recepcionist.
Dengan adu argument karena mba recepcionistnya
engga percaya kalau mereka yang mendapat misi. Namun siapapun yang berargument
sama Afwan pasti kalah karena Afwan punya seribu teori tak tertandingi yang
bikin lawan debatnya bakal pusing duluan dan mengaku kalah.
“Ohoiii... kita dah dapat
berkasnya nih dan disuruh ke ruang khusus”, sambil menunjukan berkasnya. Lalu
Sesampainya mereka berlima di ruang khusus yang diantarkan oleh asisten dari
pimpinan agency tersebut, mereka melihat berbagai peralatan yang telah
disiapkan layaknya agent mata-mata. Karena mereka juga telah menjalani
pelatihan dalam menggunakan senjata mereka boleh menggunakannya. Namun hanya
dalam keadaan darurat.
“Ingat. besok kalian harus
sudah sampai di sekolah pertukaran kalian”
Mba Asisten itu mengingatkan.
“Baik mba... tapi
ngomong-ngomong nama mba siapa nih?”
“Panggil saja saya Mba
Sonia atau Sonia saja juga boleh, saya juga yang akan menjadi operator kalian
nanti”
“Operator?
Berarti mba sonia yang bilang Mohon maaf
nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif... harap coba lagi nanti” , Ajis
keinginget operator yang sering terdengar di telepon.
“Itu bahasa indonesianya... bahasa inggrisnya
dong...”, Bandi pengen denger lebih dari itu.
“Sorry... The phone you’re calling is rech-off...
please try again later...”
Semuanya jadi tertawa melihat tingkah Ajis menirukan gaya layaknya operator
telepon. Hampir saja dia ditimpuk pake meja sama teman-temannya karena tingkah
konyolnya. Tapi untungnya ditahan sama Mba Sonia karena mejanya engga bisa
diangkat dan emang sudah nempel permanen di lantai.
Sambil berjalan keluar dari tempat perusahaan yang
hanya sebagai samaran saja, Bandi melihat berkasnya dan melihat tulisan Mission dedicated for Grey Wing...
“Jadi kita Batalion Grey Wing atau Sayap Abu-abu?”
“Untuk aja gak Blue
moon”
“Emang kenapa kalau itu?”
“Kalau gua jelasin artinya,
bakal heboh lagi nanti”
Karena penasaran dan gemes campur aduk teman-teman yang lain langsung
menyenggol Cerga tapi kalah, karena badannya yang endut.. malah mental balik
deh teman-temannya sampai hampir jatuh ke selokan. Cerga hanya bisa ketawa
ketiwi karena melihat temannya ampe ada yang jungkir balik karena kepental
badan endutnya untung aja cepet ditangkep sama Hendra. Temen mereka yang endut
ini memang selalu membuat suasana tidak pernah ngebosenin.
“Kita ke rumah lu dulu ya
Jis, boleh ga?”
“Iye, masih siang juga
nih, males gua langsung pulang”
“Yaudah ayo aja gua mah”
Mereka berlima pun sampai di rumah Ajis yang mereka anggap Headquarter
Utama bagi mereka setelah rumah Cerga, dan Warnet kesayangan mereka Gelembung.
“Assalamualaikum”, kelima
anak itu kompak mengucapkan salam melihat ada ibunya Ajis di dekat
pagar lagi menjemur pakaian.
“Wa’alaikum salam”, ibunya
Ajis sudah mengenali suara gerombolan bebek itu dari jauh. Karena kalau kelima
anak ini datang mau main ke rumah, suara terbahak-bahak tawa mereka sudah
terdengar dari jauh dan berisik kaya bebek yang lagi di angon di sawah. Itulah
mengapa ibunya menganggap mereka seperti gerombolan bebek.
“Pada mau main ya?”,
ibunya Ajis tersenyum ramah menyapa mereka.
“Iya tante, sekalian mau
rapat ngomongin sesuatu”, Bandi langsung menjawab.
“Mau rapat tentang apa?
Gayanya nih masih kecil udah rapat”
“Hehe, ada deh bu... mau
tau aja”, Ajis nyengir-nyengir menjawab pertanyaan ibunya.
“Heleh... kamu mah
palingan rapat soal game kalau engga soal cewe ji...”
“Ora, bu.. iqi toh
penting... Ora urusan cewe dan game wae”. Ajis mulai ngomong bahasa Jawa yang
dibalas juga ibunya pake bahasa Jawa. Maka terjadilah debat antar keturunan
orang Jawa. Keempat temannya yang lain Cuma bisa bengong ngeliatnya.
“Wes, deh bu... kita masuk
dulu”, logat Jawanya masih terdengar.
“Yasudah... Oh, iya jis
ada kue di dapur kalau teman-teman kamu mau”
“Sip, Bu”
Pekarangan rumah Ajis sangat luas, tiga mobil pun pasti bakal masuk bahkan
lebih.
Halaman rumahnya juga suka dijadikan tempat bermain bola oleh mereka karena
saking luasnya. Pekarangan rumah yang dihiasi pepohonan yang tumbuh besar,
semak belukar yang menjalar, dan rumput-rumput liar yang dirawat baik sudah
mirip seperti Hutan Rimba. Jalan kearah pintu depannya terbuat dari batu-batu
yang disusun rapih sebagai penunjuk jalan. Terlihat misitis bagi beberapa orang
mungkin... seperti jalan ke dunia lain...
Gerombolan Bebek ini pun
mulai memasuki Hutan mengikuti bebek berkepala plontos yang berjalan paling depan. Mereka berjalan
beriringan dengan runtut seperti bebek yang lagi di angon. Melewati Flin Stone Camp dimana terdapat Meja dari kayu
dengan bangku-bangkunya juga yang terbuat dari kayu, melewati Tree of Life sebutan
bagi pohon mangga tempat mereka bersenda gurau dimana kalau mereka bosan di
dalam rumah dan ingin makan mangga gratis, melewati jembatan gantung ala
Indiana Jones yang aslinya adalah jembatan kecil di atas kolam ikan milik adik
perempuannya Ajis.
Dan sampailah mereka di
depan pintu rumahnya Ajis. Tapi tiba-tiba bebek plontos paling depan berhenti
mendadak. Terjadilah tabrakan beruntun diantara para bebek.
BAK...BUK...BEK...BOK... KWEK....
“Aduh, kok berhenti sih
bek?”, bebek yang paling gendut nanya.
“Entar dulu.. ada yang gua
lupa kayanya Bek”, bebek plontos garuk-garuk kepala.
“Lupa apa sih lu Bek?”,
bebek bertopi bingung.
“Et deh.. si bebek..
congor lu ngalingin mata gua”, bebek pendiem kesal gara-gara pandangannya
kehalang.
“Ngalingin apaan? Congor
gua dari tadi ngadep depan”, bebek yang congornya paling monyong ngelak.
“Ah, dasar muka lu kaya
bebek”, bebek pendiem jadi kesel.
“Yeee, emang lu engga kaya
bebek apa...”, bebek gendut ikut-ikut marah.
“Udah-udah! Sesama bebek
engga boleh ngelanggar PAB”, bebek bertopi mencoba melerai. (PAB=Peraturan
Antar Bebek)
“Isshh, gua yang lupa
kenapa lu pada jadi berantem sih?” bebek plontos bingung sendiri.
Terjadilah keributan antar bebek gara-gara si bebek polontos lupa sesuatu.
5 menit berlalu mereka masih ribut. Sampai akhirnya bebek plotnos akhirnya
inget sesuatu.
“Oh iya.. gua lupa minta
kunci rumah sama ibu gua”, bebek plontos neplak jidatnya.
“Ah, lu Bek... gimana
sih?”
“Yah.. Puter balik dong”
“Iye, puter balik tempat
tadi”
“Oke deh Bek..”
“Bebek-bebek! Puter
balik!!”, bebek yang pendiem memberi komando.
Jadinya kembali lagi deh para bebek masuk ke hutan melewati jembatan
gantung lagi, tree of life lagi, Flin Stone Camp lagi, dan nyampe di tempat
ibunya Ajis ngejemur.
“Loh kok balik lagi?”,
ibunya Ajis bingung melihat gerombolan bebek balik lagi.
“Lupa minta kunci rumah
bu”, mukanya Ajis datar.
“Oh... iya lupa”,
tersenyum-senyum ibunya ajis segera merogoh kantong dan memberikan kunci rumah.
Sudah jadi kebiasaan kalau ibunya lagi diluar, pintu rumah pasti dikunci.
Soalnya juga rumahnya Ajis pernah kemalingan saat tengah hari bolong. Jadinya
parno deh...
Setelah menerima kunci dan
melewati hutan rimba di pekarangan rumah Ajis. Bebek-bebek ini sampai juga di
dalam rumahnya walaupun tadi si bebek gendut sempet kepeleset di Jembatan
Gantung yang bikin bajunya jadi kotor.
“Aduh, celana gua kotor
lagi...”, melihat celananya yang penuh lumpur.
“Jalan pake idung sih lu”
“Ye... Gua jalan pake
kaki.. emang kaya lu pake bibir... bibir sama idung sama panjang...”, Cerga
bales ngeledek Afwan yang bibirnya lebih maju 2 cm dari yang lain.
“Eh, ada Ka Bandi sama
yang lain. Pada mau main ya?”, Adiknya
Ajis yang perempuan melihat mereka datang. Adiknya Ajis yang bernama Nela ini
sedang sibuk meletakan Gelas yang berisi air ke atas meja di ruang tamu.
“Iya, Nela mumpung liburan
sekolah”
Melihat Adiknya sudah menyiapkan air minum, dan sudah kehausan dari tadi
Ajis main serobot saja meminum air yang disiapkan Adiknya.
“Eh, Mas Ajis jangan
di..... , Nela mencoba menahan abangnya tapi telat.
Air minumnya sudah diminum abangnya sampai habis.
“Kenapa Nel? Ini air minum buat mas kan? Sedep banget loh... Makasih ya”,
sembari mengelap bibirnya yang basah.
“Mas Ajis... Itukan air
dari kolam ikan.. buat naruh ikan Cupang...”, mukanya berubah datar.
Suasana jadi hening sesaat... Bandi, Afwan ,Cerga, dan Hendra Cuma bisa
melongo dah kaya patung di musium dan engga nyangka temannya si Ajis suka minum
air kolam ikan.
Ngedenger perkataan
adinyaknya pikiran Ajis melayang membayangkan kolam ikan yang tadi baru
dilewati. Yang sempet tadi kecemplung sepatunya Cerga, kejatuhan kotorang
burung, kejatuhan daun-daun, dan ada kodoknya lagi...
AAAAAHHH.... Pikiran Ajis jadi engga karuan. Apalagi inget ikannya juga
pasti buang kotoran di kolam... Ajis langsung nyanyi sambil lonjak-lonjak
ngikutin video klipnya Joshua yang
lagunya lonjak-lonjak.
Lonjak-lonjak... aku suka
lonjak-lonjak...
Lonjak-lonjak...
biar cepet jadi tinggi...
Biar aku cepet jadi
jago...
Jago lonjak-lonjak... Jadi
jagoan... Lonjak-lonjak...
Cuma beberapa liriknya diubah sama dia.
Lonjak-lonjak... aku suka minum air
Lonjak-lonjak...
air dari kolam ikan...
Kolam ikan yang banyak
kotorannya...
Ada kotoran katak... ada
kotoran ikan...
Juga ada kotoran... Burung
Merpati
Keheningan sesaat di ruang tamu pecah menjadi tawa gara-gara tingkah Ajis
sendiri.. Ajis langsung lari ke kamar mandi, berusaha muntahin air yang tadi di
minum.
“Haha... makanya Mas
Ajis... Tanya dulu dong... Jangan main minum aja”, masih terus tertawa.
“Huahaha... engga nyangka
si Ajis suka minum air bekas ikan”, Cerga tertawa puas banget.
10 menit berlalu, akhirnya dia keluar juga dari kamar mandi.
“Haduh.. Parah kamu La”,
masa Mas mu ini disuruh minum air kolam”, sambil mengusap-ngusap perutnya.
“Huuuh... salah sendiri
kenapa mas engga nanya dulu, main minum aja”, membereskan gelas yang tadi
sambil berjalan ke dapur.
“Yaudah lu pada langsung
naik ke kamar gua aja... gua mau ganti baju dulu”
Keempat anak ini naik ke lantai atas, ke kamar Ajis yang bersebelahan
dengan kamar Adik perempuannya. Mereka menaruh tas dan merebahkan diri di atas
karpet. Sedangkan Cerga langsung menyalakan komputernya Ajis..mencoba
melanjutkan chatingan sama Sofia.. Mereka mulai bersenda gurau lagi...
“Pinjem bentaran dong
berkasnya Ban... mau gua baca”, Afwan meminta berkas misi yang di pegang Bandi.
“Nih Wan...”, Bandi
menyerahkan berkasnya.
Afwan langsung membaca berkasnya, membulak-balik kertas yang berisikan misi
mereka... Matanya mulai bersinar layaknya scanner
yang menscan tiap sudut kertas,
menelusuri setiap huruf, kata, dan gambar yang menyimpan semua informasi yang
ada. Layaknya sebuah perusahaan, Afwan ini berperan sebagai Main Computer atau Colosus Computer yang menyimpan banyak
data bagi tim.
“Apalin dan inget-inget ya
odong...”, Bandi meledeknya dengan ledekan tentang mulutnya yang monyong sambil
menepuk-nepuk pundak Afwan.
Afwan cuma ngebales dengan muka mendatar terus ngelanjutin ngeSave As berkas ke kepalanya.
Melihat teman-temannya
lagi pada sibuk sendiri, sambil nunggu si Ajis datang.. Bandi menuju beranda
lantai dua dan duduk bersandar di bangku yang terbuat dari anyaman rotan yang
berulir.. Pemandangan beranda rumah Ajis menyajikan scene sekitar perumahan Puri Permata. Langit siang dan cahaya
matahari yang masih menyibukan dirinya pada hari ini membuat Bandi nyaman jika
berkumpul di rumah Ajis. Dia senang dengan pemandangan disini. Entah sudah
berapa kali dia kesini.. Seingatnya saat pertama dia kerumah Ajis ini ketika
SMP.. ketika ingin menjenguk Ajis di rumah sakit... namun saat sudah sampai di
rumah sakit dia tidak dirawat disana, tetapi ternyata si Ajisnya sudah pulang
ke rumah. Daripada buah-buahan yang dibeli sama teman-temannya satu kelas
mubazir. Mereka berlima inisiatif ke rumah Ajis, walau sempet nyasar-nyasar
dikit...
Namun pikiran Bandi mulai
melayang mengingat seseorang, matanya mulai terpejam, terbawa kantuk oleh
semilir angin yang membuainya. Seketika sosok itu datang dalam mimpinya memberi
semangat dan warna padanya... namun semua berubah dalam sekejap... Dia harus
melepasnya... bukan karena dia bosan atau membencinya. Dia hanya belum siap,
semua seakan datang bertubi-tubi...
“Lagi ngapain lu Bandi?”,
suara Hendra menyadarkan dia dari mimpinya.
“Engga... Cuma lagi duduk
aja...”
Hendra duduk di sebelah Bandi sambil menyandarkan badannya yang terasa
letih karena seharian ini. Melihat temannya yang sedang termenung, dia mencoba
bertanya...
“Lu kenapa Ban?”
“Gua engga
kenapa-kenapa...”
“Gua kan temen lama lu
Ban.. Gua tau kalau lu lagi sendiri begini pasti ada yang lu pikirin... lagi
mikirin Misi pertama kita ya?”, Hendra menerka-nerka isi pikiran Bandi.
“Bukan tentang misi
kita...”
“Tentang si dia?”
Bandi terdiam sesaat... Memandang kosong ke langit.
“Iya, mungkin....” membuka
topi Coklat Nikenya, dan menaruhnya
di meja.
“Kok, lu ragu-ragu gitu
sih... Bandi yang gua kenal engga kaya gini loh... dulu lu tuh semangat kalau
ngapa-ngapain. Dan paling cerewet misalnya ada kerjaan anggota tim yang engga bener”
“Engga tau gua juga...
baru pertama kali gua kaya gini...”
“Lagian kenapa juga lu
pisah sama dia? Dah tau dia sayang sama lu tulus... dan nerima lu apa adanya..
kenapa lunya yang jadi gini? lu benci atau engga cocok sama dia?”
“Gua begini bukan karena
gua benci sama dia atau engga cocok, Dra...”
“So...?”
“gua Cuma engga mau bikin
dia kesiksa karena gua.... gua engga mau bikin dia ngeluarin air mata hanya
karena gua... mungkin ada orang lain yang lebih pantes dari gua yang bisa dia
tangisi...”
“Tahu engga... Wanita itu
ciptaan yang mempunyai seribu macam daya pesona yang tak bisa dipungkiri...
Sekali lu udah tenggelam dalam pesonanya... engga akan mungkin bisa lu keluar
darinya... Lu engga akan tahu pesonanya itu sebelum lu liat lebih dalam
kehatinya...”
“Ke hatinya?”
“Iya ke hatinya... Wanita
sejati tak akan pernah jatuh dalam sekali melangkah... dia akan terus melangkah
meski hatinya telah rapuh kehilangan seseorang yang dia sayangi”
“Yaaa... Wanita itu juga
punya kelemahan dan kelebihan seperti laki-laki juga kan? karena itu mereka
diciptakan saling berpasangan untuk saling menutupi kelemahan tersebut”
“Sejatinya juga cinta itu
sudah ada dalam setiap hati manusia... Dia itu bagaikan tanaman yang akan
berkembang jika ada yang merawat dan menjaganya selalu”
“Lu enak ngomong begitu...
lu kan punya banyak fans dari adik kelas, temen satu angkatan, sampai kakak
kelas juga ada... Kalau gua apaan... engga ada istimewanya... lu tau kan gua
orangnya bagaimana, Dra?”
“Lu jadi orang biasa-biasa aja deh... walau Cuma
pendiem doang. Setidaknya engga sediem gua... ampe ada beberapa orang lain jadi
takut sama gua... haha... dikira gua pembunuh berdarah dingin apa”
“Lu mah emang muka
tembok... Dingin kalau malem-malem...”
Hendra langsung menunjukan muka dinginnya dan membuat Bandi tertawa ngakak...
“Gua mau nanya nih... Kenapa
kebanyakan cewe kalau lu tanya udah punya pacar atau belum? pastinya jawabannya
udah.. terus udah punya mantan lagi... Tapi kenapa kalau cowo lu tanya udah
punya pacar atau belum? pastinya ada aja jawabannya yang belum... Padahal kan
kalau dikaji lagi... Cewe itu lebih banyak dari pada Cowo...”
“Gua bingung deh kalau
kaya gitu... mesti dibikin survei dulu, baru bisa tahu penyebabnya”
“Hidup itu engga akan
lengkap tanpa adanya seseorang yang menyayangi lu tulus apa adanya dan bisa menjadikan
lu istimewa walau hanya untuknya saja”
“Iya benar juga apa kata
lu... Dra”
“Andaikan gua masih
diizinkan untuk bertemu dengannya suatu saat nanti... gua mau menunjukan semua
isi hati gua sama dia... Seperti pepatah Love
is never lie...If you can give everything to him, Give all to him and you will
know what is Love to be..
“HOOOOIIII...”, Hendra dan Bandi kaget mendengar
suara yang kaya Gitar Sember tiba-tiba memekik telinga mereka.
“Eh, ada kelapa muda...”,Bandi melihat Ajis nongol
dari balik pintu.
“Itu mah bukan kelapa muda... tapi kelapa tua...”,
mereka tertawa melihat ada kepala Ajis yang plontos dengan cepak abrinya nongol dari balik pintu.
“Enak aja kepala gua disamain ama kelapa... Itu
gua bawa kue. Lu pada mau engga? Entar habis dimakan
Cerga sama Afwan loh...”, Ajis melirik Cerga dan Afwan yang sudah menyerbu Kue
Bolu buatan ibunya yang terkenal enak.
“Eh, gua mau juga dong...”
“Sama gua juga laper”, Hendra dan Bandi langsung
masuk lagi ke dalam.. Ikut menyerbu kue bolunya, berebut sama Cerga yang sudah ngambil 5 potong... perang taktik engga terelakan, silat tangan dan
jari beradu padu, kejar-kejaran sama Cerga yang bawa-bawa nampan kue, sampai
jumpalitan ngelawan Cerga. Ajis ngambil 3 potong.. Hendra 4 potong.. Bandi 2
potong.. dan Cerga nambah lagi dua potong jadi 7 potong. Enggak lama kue
bolunya sudah habis bersisa nampannya doang. Cuma Afwan doang yang engga makan.
“Lu engga makan Wan?
“Kuenya dah abis loh”, Ajis membersihkan remah kue
yang berserakan.
“Cerga makan banyak banget nih.. engga
kira-kira...”, Bandi kesel gara-gara Cuma dapet 2. Dan Cerga Cuma bisa nyengir
doang dengan tangan masih memegang sepotong bolu.
“Tenang aja gua mah... Tadi dah gua masukin ke
plastik kok pas lu pada sibuk”. Keempat bebek ini Cuma bisa bengong melihat
Afwan.. Pinter juga nih si Afwan..Diem-diem
walaupun bibirnya monyong dan dalem kaya sumur, jago makan juga dia...
“Yaudah gua ambil minum
dulu... serekkan pada makan engga pake minum?”, Ajis bangun dari duduknya dan turun ke bawah.
“Dari pada kita bengong
lagi, langsung mulai aja deh rapatnya”, Bandi mencoba mengajak temannya agar
tidak membuang waktu.
“Sip, kita mulai...”
Semuanya duduk berurut membuat lingkaran, memulai diskusi tentang misi dan juga
hal-hal yang menyangkut tentang pemikiran mereka. Forum rapat seperti inilah
yang bisa membuat mereka menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi.
Masalah perorangan atau bersama. Semua saling membantu. Demokrasi dan
musyawarah terjadi disini.
“Ini kanjeng doro minumnya...”
, tiba-tiba Ajis datang membawa gelas-gelas dan seteko Sirup sambil
mengenakan blangkon ala orang Jawa.
“Dalem kraton nyasar dari mana ini?”, Cerga kaget melihat Ajis datang dan
langsung membagikan minuman.
“Haha... pekerjaan
sampingan nih kayanya...”, Hendra meledek.
“Dah mulai yuu... ada lu
jadi engga mulai-mulai Jis”, Afwan jadi jengkel sendiri. Melihat Afwan cemberut
kaya kencur Ajis duduk manis sambil nyengir-nyengir sendiri.
“Begini... Kita kan besok
mau mulai misi pertama kita, jadi usahakan kita mencoba berbaur dengan
penghuninya. Agar kita bisa dengan mudah mencari target sasaran”, Afwan mulai
berbicara. Yang lain Cuma bisa ngangguk-ngangguk kepala kaya hiasan yang ada di
mobil-mobil angkot.
“Secara harfiah misi kita
ini cukup mudah, karena Cuma nganter-nganter doang.. Lagian mana ada sih yang
mau ngapa-ngapain anak sekolahan”
“Enggak ada adegan tembak-tembakan dong? Atau efek
ledakan kaya kembang api?”, Ajis
berharap-harap cemas.
“Kayanya emang engga ada.. kan kita latihan menggunakan
senjata juga Cuma buat jaga-jaga. Sisanya pake beladiri jarak deket”, Afwan
mulai membuka-buka berkas lagi.
“Kalau beladiri jarak deket mah buat Hendra
jagonya”, Bandi melirik ke Hendra. Cuma dibales Devil Face sama Hendra dengan matanya yang berkilat-kilat dan
giginya yang tajam.. bikin Bandi jadi ketakutan sendiri kaya abis liat setan...
“Wah engga mirip kaya Mission Imposible di TV dong...”, Ajis lemes. Dalam hatinya Cuma
bisa berkata Engga keren nih...
“Nyerempet dikit lah... palingan jadi Mission Possible”, semua jadi tertawa
renyah sama guyonannya Bandi.
“Cerga... tolong cari target di Internet ya
namanya Aninda Welina Mekasari”, Afwan menyuruh temennya yang badannya endut.
Yang dari tadi malah asyik Twitteran.
“Oke deh”, jari-jemari Cerga langsung menari-nari
menekan tombol-tombol di keyboard. Matanya mulai berkilau-kilau melihat layar
monitor. Mulai bersurfing ria tanpa batas di jaringan dunia maya... Dan
akhirnya ketemu..
“Ada tapi data pribadi E-mailnya di password”
“Retas
aja dulu datanya”, Afwan menyarankan.
Cerga langsung mencari kodenya, memecahkan setiap huruf dan kode. Dan
akhirnya bisa terbuka juga... Memang ahlinya Main set computer Cuma Cerga doang
yang bisa...
“Dah kebuka ini”
“Coba liat apa hobinya,
sifatnya, kepribadiannya, kesukaannya, dan fotonya dari atas sampai bawah”
“Atas sampai bawah?”,
Cerga mulai berpikiran yang enggak-enggak.
“Jangan pikir yang
macem-macem deh... maksudnya jangan mukanya doang... yang ampe kakinya juga”,
Afwan dah mulai enggak enak ngeliat tampannya Cerga yang udah mulai nyerempet
dari pikiran alimnya.
“Hen, lu kan seorang
psikolog muda, coba lu liat apa lu bisa ngedeketin dia...”
“Coba, gua liat”, Hendra
menggeser Cerga sedikit, melihat kepribadiannya secara visual mapaun analistis.
“Jangan lupa fotonya...”,
Afwan ngingetin lagi. Cerga mulai ngantuk ngedenger perintah Afwan tapi
langsung berselancar ria lagi sampai menemukan sebuah folder yang bertuliskan My Privasion Foto...
“Eh, ketemu nih... foto pribadi malah...”,
mata Cerga langsung melek lagi ngeliat foto-foto di folder tersebut.
“Eh, mana gua juga mau
lihat”
“Gua juga dong”
“Et sempit nih”, Cerga
kesel di dempet kiri-kanannya sama odong-odong dan kelapa Tua yang engga pernah
muda. Mereka bertiga asyik ngeliat monitor. Hendra dan Bandi Cuma bisa bengong
ngeliat ulah konyol ketiga temen mereka yang udah kompakan banget kalau ngeliat
yang kaya begitu. Gimana sih si Afwan
malah jadi ikut-ikutan Cerga... padahal dah mulai serius tadi... Bandi cuma bisa bergumam sama pikirannya.
“Wah, cakep juga....”,
Afwan bengong melihat pemandangan syuuur dimatanya, bibirnya hampir jatoh
karena itu, tapi langsung ditadangin pake tangan sama Ajis.
“Manis banget bleh... kaya
melon thailand”
“Itu mah kaya duren
montong rumah gua”, Ajis enggak mau kalah sama Cerga.
Karena saking kesalnya Hendra dan Bandi akhirnya
turun ke bawah ngambil karung beras yang kosong di dapur, terus naik lagi ke
atas ngarungin mereka bertiga dan matiin layar monitor.
Mereka akhirnya rapat lagi dengan keadaan Afwan, Ajis dan Cerga masih
dikarungin...
“Oke jadinya rapat sampai
disini dulu saja”, Afwan ngomong dengan keadaan masih diiket pake karung.
“Iya, sampai sini aja
dulu”, Ajis kesusahan ngegaruk hidungnya karena kehalang karung beras.
“Kapan-kapan kita bisa
liat lagi kok fotonya”, Cerga masih kebayang foto syuurnya Aninda yang tadi...
yang manis kaya melon, dan bening kaya belimbing Depok. Ngeliat kelakuannya
masih begitu Hendra dan Bandi langsung ngeluarin Devil Smilenya terus langsung nusuk-nusuk temannya yang endut itu
pake pensil.
“Eh... eh... eh... Geli
hoiii”, Cerga engga kuat ditusuk-tusuk pake pensil yang malah buat dia jadi kegelian.
Sampe ketawa-ketawa engga karuan... sedangkan Ajis dan Afwan Cuma kebingungan
ngedenger suara Cerga yang lagi disiksa.
“Sampai besok ya... kita kumpul di depan gang rumah Bandi pagi-pagi...”
“Sampai besok ya... kita kumpul di depan gang rumah Bandi pagi-pagi...”
Bandi, Afwan, Hendra, dan Cerga sudah ada di depan gerbang rumah Ajis.
“Pulang dulu ya Plontos...”
“Pulang dulu botak”
“Ati-ati dijalan... kalau
nyasar balik lagi ke sini aja...”, Ajis meledek ke empat temannya yang mulai
pergi meninggalkan rumahnya. Langit sudah membiaskan cahaya matahari yang
berwarna oranye... sore mulai menjalar di atas mereka... memberi penggambaran
pada mereka untuk mempersiapkan hari esok sebaik mungkin...
Don’t be honest with everyone... or you
will be a strange man in the world..
Just remember the moment you will find
with the different thing...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar