Sabtu, 11 Agustus 2012

My Novel: Grey Wing



Layaknya hidup adalah permainan, apa peran yang ingin kau mainkan?
           
Rentetan peluru berlalu lalang dimana saja... Suara tembakan memenuhi area De Champ tempat pelatihan barak militer Amerika Serikat, ledakan-ledakan granat bagai kembang api yang simpang siur memecah keheningan di siang itu... Tim berjalan beriringan melindungi setiap personil... Aug9 buatan jerman terselempang di tangan kanan, siap mematikan gerak langkah siapa saja.. Tiba-tiba peluru datang menghujani Leon_S Kennedy/Sas/ Zombie:Hunter yang tengah sibuk mengganti magazine senapannya.
            “Serangan!”, teriak salah seorang personil.
            “Shoot back!”, teriakan dari PC_Arnold.
Balasan tembakan dilontarkan dari setiap mulut-mulut senapan buatan Jerman itu. Satu persatu musuh berjatuhan.
“Peluru habis! Reload!”
“Tahan tembakan musuh!”,   menyerukan sambil mengambil M4A3 Rifle.
Tiba-tiba ada suara teriakan memecah konsentrasi kami ketika pertempuran berlangsung, ”Watch out Flashbang!”

ZLAB...
Tiba-tiba semua menjadi terang berwarna putih memenuhi pandangan, hanya suara desingan peluru yang mengiang di telinga. Lama kelamaan Bayangan mulai terlihat tapi samar dalam pandangan, lelaki berbaret hijau datang menghampiri. Kucoba untuk menembak tapi sialnya amunisiku habis, dan lelaki itu semakin mendekat dan mendekat hingga kulihat dia mengeluarkan parangnya dan.....

JEGLEG...
“YAAAHH....”, suara tanda kekecewaan keluar dari mulut semua orang, termasuk ke-lima anak yang lagi asyik main Counter Strike di warnet. Warnet di jalan margonda itu pun mati lampu, membuat suasana yang tadinya adem ayem, jadi panggung politik dan curhat dadakan anak-anak warnet.
            “Aduh, gua kan dah bayar listrik masa mati lampu segala sih”
            “Yah, char RF gua padahal dikit lagi mau level 40”, sambil berjalan keluar warnet.
            “Huuuh... Facebook gua belum di logout lagi” , sambil memeluk monitor komputer berharap lampu nyala lagi.
Keadaan jadi aneh dan gak karuan, ada yang teriak-teriak gak jelas, ada yang langsung keluar warnet, ada yang kipas-kipas karena AC Warnet mati dan ada yang sudah memakluminya.
            “Hampir aja gua mau ngekill lu jis, tadi tinggal gua sentil pake pisau dapat poin gua jis”, Bandi menyerukan ke aji.
            “Hehe.. lagi enggak beruntung lu Ban..”, tertawa meledek Bandi yang lagi ngecek hp-nya ada sms atau tidak.
            “Emang gak praktis, prestis dan etis nih buat waktunya mati lampu...” Cerga bergumam sendiri.
            “Udah deh sabar aja... lain kali kita main lagi deh Ga...”
“Gimana nih sekarang Ajis, Bandi, Cerga, Afwan?”, tanya Hendra kepada teman-temannya.
“Yaudah kita langsung jalan aja ke Gedung pertemuan, katanya kita ada rapat penting dari ketua?”
“Iye engga ada kerjaan juga kita nungguin lampu nyala lagi”. Semuanya pun setuju dengan pendapat Afwan.
“Lets go dah kalau gitu...”
Dan gerombolan anak remaja atau BW alias Bocah Warnet ini keluar dari warnet yang biasanya mereka ngumpul bareng kalau ada waktu senggang buat main warnet. BW atau singkatan dari Bocah Warnet adalah julukan bagi anak-anak yang suka main di warnet bagi mereka, termasuk menganggap sendiri bahwa itu mereka. Semua game online maupun offline mereka mainkan dari Seal, Dota, RF, PB, Counter_Strike, Call of Duty, Crisis, Command and Conquer, apa saja yang membutuhkan kekompakan tim dan mengasah otak. Hobi mereka yang suka menganalisis dan menyukai sistem, dan mekanika senjata ataupun mesin membuat mereka menyukai game-game perang.
Merekapun keluar dari Gelembung... julukan dari nama warnet langganan mereka... Sebenarnya dulu nama warnet ini adalah CrushNet, tetapi kini berubah menjadi BubbleNet yang berarti Gelembung..  Keadaan perbedaan di dalam warnet dan di luar yang significant memang bikin badan dan kepala langsung pusing. Dari dingin ke panas, kondisi tubuh jadi berubah drastis. Warnet di daerah jalan margonda ini mulai sepi pengunjung karena berbagai hal yang dihadapi.. mulai operatornya yang mengundurkan diri... kalah saing dengan warnet yang lain... hingga komputer yang mulai sering Hang akibat anak-anak yang sering main menggunakan cheat.. padahal cheat itu memiliki sistem kerja seperti virus yang memanipulasi atau mengubah program dengan cara merusak data beberapa sistem pendukung program. Imbasnya bisa membuat kinerja komputer menurun... Kelima anak ini menyusuri jalan setapak di pinggir jalan raya dekat Bank BNI.
“Haduh puyeng gua”, Afwan memegang kepalanya.
“Kebiasaan nih kalau habis dari warnet hawanya engga enak”, Ajis ikut-ikutan Afwan memegang kepalanya.
“Haduh gua juga pusing”, Cerga malah memegang perutnya.
“Kok lu malah megang perut Ga kalau pusing?”, Hendra bingung.
“Gua pusing bukan karena warnet tadi... tapi karena perut gua laper. Dan kalau perut laper ujung-ujungnya kepala gua pusing. Kaya iklan di TV loh.. Dari perut turun ke kaki.. dari perut naik ke kepala... dari perut turun ke tangan... dari perut ke semuanya... sambil memeragakan gaya anak kecil di iklan Susu Dancow.
“Dasar lu Ga..Ga..”
            “Wakakak, ngakak gua...”
Melihat ada tukang gorengan lagi mangkal di deket pohon jambu Bandi menawarkan Cerga buat beli gorengan.
            “Cerga, ada tukang gorengan tuh.. lu mau gua... Belum selesai ngomong Bandi ngerasa ada yang narik tangannya dengan erat dan langsung narik dia ke tukang gorengan.
            “Gua mauuuuuu.....”, Cerga berlari melewati Afwan dan Ajis yang lagi jalan di depannya.
BUUAAAK...
Ajis dan Afwan kena serempet sama Antelop berbadan Gendut yang berlari di tengah mereka tadi.
            “Waduuuh!!!”, Ajis nabrak pohon kelapa di kanannya dan Afwan nabrak tembok di kirinya pake bibir. Sedangkan Hendra Cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah manusia-manusia Koclak bin Koplak di depan dia.
Setelah menawar ria sama tukang gorengan, yang gorengannya ditawar seribu 4 biji sama Cerga. Mereka langsung naik mobil menuju Gedung dimana mereka dilantik jadi Agensi.
Gedung tinggi berarsitektur modern dengan kaca dan tembok putihnya yang sudah tidak asing lagi bagi mereka seakan menyambut mereka. Wings of  Ambasador nama Gedung tersebut... Gedung yang seperti perkantoran lainnya ini ternyata memiliki sebuah bagian tersembunyi untuk para anggota corporasi rahasia. Yang ternyata tempat berkumpulnya para agent rahasia dari seluruh negeri.
            Melewati pintu geser otomatis, suasana berubah menjadi berbeda. Mereka merasakan seperti memasuki sebuah film.. dan merasa seperti sekumpulan agent rahasia yang benar-benar dicari orang banyak... Orang disekitar mereka memakai baju-baju yang rapih dengan jas, dan blezernya yang berlalu lalang sibuk dengan tugas mereka. Entah apa yang mereka cari? mereka tidak tahu... Tiba-tiba muncul seseorang berbaju hitam layaknya FBI mendekati mereka.
            “Kalian sudah ditunggu di ruang rapat, mari ikuti saya”, laki-laki itu lalu membawa sekumpulan remaja ini. Membawa mereka ke sebuah ruang tunggu di mana terdapat sofa, kulkas, TV, dan beberapa komputer.
            “Kalian tunggu disini dulu, saya akan menemui pimpinan”
Sekumpulan anak yang masih menduduki bangku SMA ini langsung beristirahat menggunakan fasilitas yang ada. Cerga langsung mengutak-atik komputer yang ada. Afwan dan Bandi langsung duduk selonjor di atas Sofa. Ajis langsung iseng-iseng membuka kulkas melihat ada makanan atau minuman yang bisa diminum. Hendra Ikut selonjor sama Bandi dan Afwan sambil nonton TV.
            “Beruntung ya kita engga sengaja diterima disini, dapat fasilitas kaya gini lagi”, Cerga terlihat antusias dengan komputernya.
            “Iya beruntung... Tapi kita mau rapat apa ya?”, Afwan menyandarkan kepalanya di sofa.
            “Apa tentang misi pertama kita?”, Bandi mengira-ngira.
            “Mungkin...”, Ajis ikut duduk bareng teman-temannya, sambil menawarkan Pepsi Blue yang tadi dia temuin di kulkas.
            “Susah enggak ya misi pertamanya...”,Bandi meragu sambil memandang kosong ke langit-langit ruangan.
            “Apa misinya suruh ngebom gedung? Atau menyusup ke Pemerintahan? atau menghabisi target tertentu? Gimana jadinya ya...”
            “Gua kenapa jadi parno gini sih?”, Afwan mulai memikirkan hal yang enggak-enggak.
Suasana yang tadinya biasa dan santai saja tiba-tiba berubah jadi tegang dan menakutkan. Semuanya jadi terdiam resah dan gelisah mengerubungi pikiran mereka.
            “Eh, inget engga pas pertama kita ketemu? lu semua tuh pada konyol abis...”, Ajis mengingatkan masa lalu mencoba menghilangkan rasa resah pada diri teman-temannya ini.
            “Hehe, iya gua inget tampang lu dulu anta banget Jis”, Bandi menyenggol temannya yang berkepala plontos.
            “Sama kali Ban.. sekarang juga masih anta, engga ada bedanya”, Hendra menambahkan perkataan Bandi. Mukanya Ajis jadi berubah datar kaya tembok terminal, yang penuh coretan tapi bedanya mukanya ini penuh dengan jerawat.
Ajis langsung kena timpuk Hendra pake bantal sofa gara-gara dia bertampang kaya gitu ngingetin dia sama tukang bangunan yang lagi ngerenov rumahnya.
            “Dan kita bersama karena kita mempunyai satu mimpi dan cita-cita yang sama...”, Ajis mulai bergaya kaya penyair... dan kena timpuk bantal lagi sama Hendra.
            “Ya... menjadi yang terbaik dan melindungi setiap orang”
            “Kok kaya power ranger sih jadinya?”, Afwan mengernyitkan dahinya.
            “Membela kebenaran membasmi kejahatan... Huohohoho... Saya adalah pahlawan bertopeng”, Ajis berubah gaya menirukan pahlawan bertopeng di film Crayon Sinchan sambil memakai plastik kresek di kepalanya. Otomatis tanpa tombol ON-OFF mereka semua jadi tertawa ngakak sampai ngeluarin air mata, Ajis kini kena timpuk bantal sama semua temannya. Suasana yang tadinya tegang mulai mencair ketika mereka terbawa dalam tawa.
            Satu jam terlewat namun orang tadi belum juga datang. Namun saat mereka lagi asyik-asyik ngobrol terdengar pintu dibuka. Dan muncul lagi orang yang berbaju hitam itu.
            “Tolong ikuti saya ke ruang rapat”, laki-laki itu berlalu keluar.
            “Yu ikutin...”, Afwan mengajak teman-temannya.
            “Itu gimana si Cerga masih terpaku sama komputer gitu?”, Hendra melihat Cerga masih ngutak-ngatik komputer.
            “Udah gua punya rencana...”, Bandi langsung menghampiri Cerga.
Sementara Cerga lagi asyik berchating di FB sama cewe yang baru dia kenal.

Anda sekarang berteman dengan Sofia_Feninda, untuk memasukan ke daftar teman silakan klik disini...KLIK, suara mouse terdengar ditekan.
Tak berapa lama... ada wall masuk...
@Sofia_Feninda: Thanks dah di add J
Oh anak yang tadi barusan gua add, Cerga nginget...
@Cerga_Koswara: Sama2
Cerga balas kirim wall balik, terus ngelanjutin lagi liat status temannya yang lain. Tiba-tiba ada chat masuk enggak dikenal... #1 message from Sofia Feninda#
Oh.. dia lagi... membuka daftar chat.
@Sofia_Feninda: Wew... 
@Cerga_Koswara: Wew knpa?
@Sofia_Feninda: ga... keren aja ppnya...
@Cerga_Koswara: thanks, itu pas lagi di bromo brng tmn
@Sofia_Feninda: Oh, pernah ke bromo?
@Cerga_Koswara: Iya, waktu libur skul... pp lu juga cakep banget...
@Sofia_Feninda: Hha masa? :D Machi yupz...
@Cerga_Koswara: anak mana?
@Sofia_Feninda: sma nusantara
Cerga diem sebentar... nginget-nginget SMA itu dimana..
@Cerga_Koswara: Oh, yang deket pasar kan?
@Sofia_Feninda: Iya... By the Way... masih single?
@Cerga_Koswara: Hmm.. Gitu deh..
@Sofia_Feninda: Boleh minta num hp’a ga?
@Cerga_Koswara: Buat apa?
@Sofia_Feninda: buat curhat aja... boleh engga?
Tertegun sebentar ngedenger kata-kata cewe itu... Cerga berharap mungkin aja dia bisa pdkt sama tuh cewe...
@Cerga_Koswara: 085677409787... bisa kali minta num’a juga...
@Sofia_Feninda: Oke-oke :p... kebetulan sama Im3 juga..
Sofia mulai mengetik nomornya..
@Sofia_Fenanda: 08567....

JEGLEG
“Yah, kenapa lagi nih  komputer?”, kaget melihat monitor komputer mati sendiri.
“Gua yang matiin komputernya”, Bandi muncul dari balik komputer ngeluarin tampang jailnya. Kaya jack dalam kotak... Ngagetin!!
“Ah, lu mah Ban, orang lagi seru-serunya juga, baru aja gua mau pdkt sama cewe”, Cerga langsung patah semangat. Suasana mukanya jadi abu-abu... kelam tanpa semangat yang berarti... hitam putih tanpa warna...
“Hehe maaf... tapi udah disuruh ke ruang rapat tuh”, berlalu pergi mengejar temannya yang lain.
“Oh... ah yaudah deh...”, berjalan lemas nginget cewe tadi yang bernama Sofia... dia belum dapat nomornya... jadi dia Cuma bisa berharap Sofia bakal sms dia duluan..
Kelima anak itu akhirnya jalan bareng lagi.
“Lantai berapa rapatnya?”
“Lantai tiga”
“Yaudah kita naik lift aja”
Sampailah mereka di satu pintu yang pernah mereka lalui sebelumnya ketika mereka terpilih pada suatu agency intel semi militer yang membuat hidup mereka berubah. Terpampang tulisan di depannya Only employent Staff.
            “Kita buka nih?”, Bandi bertanya ke teman-teman seperjuangannya sejak SMP hingga SMA saat ini. Menatap mereka satu persatu mecoba mencari jawaban dari mata mereka.
            “Iyalah kita buka.. Buat apa lagi kita datang, ini cita-cita kita kan?”
            “Iya kita terpilih juga karena ambisi kita untuk menjadi orang yang bisa melindungi orang lainkan?”
            “Gua setuju sama lu”
            “Ambisi sesuatu yang membuat kita untuk terus berjuang”
            “Dan mimpi adalah suatu cita-cita untuk kita gapai, benar kan?”
            “Ambisi dan harapan jadi satu”, Afwan menyatukan kata-kata itu.
“Jadi kita buka?”, bertanya sekali lagi untuk meyakinkan. Dan dijawab dengan tatapan mantap teman-temannya. Dengan yakin akhirnya pintu itu dibuka... Dan terlihat jelas meja rapat dan bangku yang berjajar rapi mengelilingi meja dengan proyektor yang berada di tengah.
            “Waah... Dah lama gua engga kesini lagi”
            “Kira-kira dah setahun setelah pelantikan dan pelatihan”
            “Shuut, tenang ngapa jangan pada norak”
            “Serius dikit ngapa”
Dingin serasa menyergap tubuh ketika besi tempat duduk bersentuhan dengan tangan. Dan suasana jadi hening seketika saat suara seseorang terdengar. Suara yang pernah memilih mereka dan membuat mereka dapat berada di sini.
            “Selamat Pagi”
            “Selamat pagi Pak”, suara mereka serentak berbicara.
            “Saya mengumpulkan kalian disini untuk memberikan misi pertama pada kalian berlima”.
Misi pertama? Sebuah pertanyaan dan perasaan tak menentu menghinggapi pikiran dan hati mereka semua. Seperti ada genderang drum bergemuruh di pikiran mereka.
            “Misi pertama kalian tidak terlalu sulit...”
Genderang dalam pikiran mereka sedikit memelankan suaranya.     
            “Misi kalian hanya mengawal dan menemani anak dari kepala sekolah SMA Nusantara yang terkenal di kota Jakarta, dalam rangka perwakilan sekolahnya untuk Seminar Pelajar Nasional. Dan berbagai kegiatan lain yang akan dilakukan disana. Kegiatan ini juga tidak boleh sampai dibatalkan karena menyangkut kepentingan nasional dan akan disiarkan langsung oleh stasiun televisi. Kegiatan seminar itu akan dilaksanakan di daerah Yogyakarta tepatnya di gedung serba guna CakraKencana.
SMA Nusantara? Cerga keinget sama Sofia yang sekolah disana juga.
            “Gampang deh misinya kalau gitu”, Bandi mulai menjelajahi pikirannya tentang misi ini.
            “Wah di yogya... bisa pulang kampung sekalian nih gua”, Cerga jadi nginget kampung halamannya juga.
            “Sama... kampung nenek-kakek gua juga engga terlalu jauh dari Yogya”, Ajis engga mau kalah.
            “Eh, pada ngobrol sendiri lagi nih.. dengerin ngapa kalau pimpinan ngomong”, Afwan mengingatkan teman-temannya yang  mulai berpikir keluar dari rapat misi.
Tiba-tiba lampu ruangan mati dan layar proyeksi menyala, memunculkan gambar foto dari anak kepala sekolah itu.
            “Ini anak kepala sekolah yang harus kalian kawal nanti, namanya adalah Aninda Welina Mekasari
            “Kirain anak kepala sekolahnya laki-laki, tahu-tahunya perempuan”. Bandi mengernyitkan dahinya.
            “Wew, manis juga tuh”, Ajis ngomong apa yang ada dipikirannya.
“Oh, iya kalian juga harus akrab dengan anak kepala sekolah ini, agar lebih mudah dalam menjalani misi kalian”.
“Tapi pimpinan... bagaimana bisa kami yang beda sekolah bisa akrab dengan anak kepala sekolah dari SMA Nusantara yang terkenal dan nomor satu di kota itu?”, Hendra akhrinya ikut berbicara yang sedari tadi diam memperhatikan rapat. Teman mereka yang satu ini memang selalu tampak cool dan pendiam. Tapi selalu memperhatikan semuanya.  
            “Untuk itu agensi telah mengatur semuanya. Kalian akan menjalani masa pertukaran pelajar sekolah selama waktu yang ditentukan”
            “Pertukaran pelajar?”, semuanya berseru saling berpandangan.
“Perlengkapan kalian akan diatur semuanya oleh agency kalau-kalau sesuatu yang tidak terduga terjadi”.
            “Ngomong-ngomong ada asuransinya engga ya...?”, Cerga sedikit bertanya.
            “Pastinya ada asuransi untuk kalian berlima dan bila misi ini berhasil kalian akan mendapatkan hadiah atas keberhasilan kalian”, pimpinan menambahkan.
            “Ok..ok..ok...sip... kami siap menjalani misi ini” , Cerga langsung semangat.
            “Giliran soal hadiah pasti langsung semangat deh”, Bandi melirik dan menyindir Cerga.
            “Semua data lengkap tentang misi ada di berkas yang akan diberikan oleh asisten di luar ruangan nanti”.
            “Baik kami akan menjalankan misi ini”
            “Ingat identitas kalian tidak boleh sampai diketahui oleh siapapun kalau kalian adalah agency mata-mata rahasia, dan semoga berhasil dalam misi  pertama kalian ini”. Lampu proyektor mati dan lampu ruangan kembali menyala.
            “Widih kaya nonton bioskop saja tadi.”, sambil Bandi bangun dari tempat duduknya.
            “Dah yu kita keluar, sekalian ambil berkas misinya”
Mereka berlima keluar dari ruang rapat dan mencari asisten yang diberitahukan tadi.          “Mana lagi nih asistennya?”
            “Kok engga ada ya, katanya dah nuggu di luar?”
            “Sabar kita cari aja dulu ke lantai bawah”
Kelima anak ini berjalan menaiki lift, turun ke lantai dasar. Tapi mereka berlima jadi heboh karena Cerga sempet mengalami lonjakan naik turun hidrolistis lambung alias mabuk gara-gara naik lift tadi. Jadi terpaksa mesti mampir ke Kamar Mandi sebentar.
            “Cerga udah belum?”, Afwan bertanya dari balik pintu kamar mandi.
            “Belum...Bentar lagi...oeegh...oeegh..”, melanjutkan mualnya lagi.
Sambil menunggu Cerga selesai, Hendra dan Afwan mencari Berkas misi mereka. Dan akhirnya ketemu di tempat recepcionist. Dengan adu argument karena mba recepcionistnya engga percaya kalau mereka yang mendapat misi. Namun siapapun yang berargument sama Afwan pasti kalah karena Afwan punya seribu teori tak tertandingi yang bikin lawan debatnya bakal pusing duluan dan mengaku kalah.
            “Ohoiii... kita dah dapat berkasnya nih dan disuruh ke ruang khusus”, sambil menunjukan berkasnya. Lalu Sesampainya mereka berlima di ruang khusus yang diantarkan oleh asisten dari pimpinan agency tersebut, mereka melihat berbagai peralatan yang telah disiapkan layaknya agent mata-mata. Karena mereka juga telah menjalani pelatihan dalam menggunakan senjata mereka boleh menggunakannya. Namun hanya dalam keadaan darurat.
            “Ingat. besok kalian harus sudah sampai di sekolah pertukaran kalian”
Mba Asisten itu mengingatkan.
            “Baik mba... tapi ngomong-ngomong nama mba siapa nih?”
            “Panggil saja saya Mba Sonia atau Sonia saja juga boleh, saya juga yang akan menjadi operator kalian nanti”
            “Operator? Berarti mba sonia yang bilang Mohon maaf nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif... harap coba lagi nanti” , Ajis keinginget operator yang sering terdengar di telepon.
“Itu bahasa indonesianya... bahasa inggrisnya dong...”, Bandi pengen denger lebih dari itu.
“Sorry... The phone you’re calling is rech-off... please try again later...”
Semuanya jadi tertawa melihat tingkah Ajis menirukan gaya layaknya operator telepon. Hampir saja dia ditimpuk pake meja sama teman-temannya karena tingkah konyolnya. Tapi untungnya ditahan sama Mba Sonia karena mejanya engga bisa diangkat dan emang sudah nempel permanen di lantai.
Sambil berjalan keluar dari tempat perusahaan yang hanya sebagai samaran saja, Bandi melihat berkasnya dan melihat tulisan Mission dedicated for Grey Wing...
“Jadi kita Batalion Grey Wing atau Sayap Abu-abu?”
“Untuk aja gak Blue moon
“Emang kenapa kalau itu?”
            “Kalau gua jelasin artinya, bakal heboh lagi nanti”   
Karena penasaran dan gemes campur aduk teman-teman yang lain langsung menyenggol Cerga tapi kalah, karena badannya yang endut.. malah mental balik deh teman-temannya sampai hampir jatuh ke selokan. Cerga hanya bisa ketawa ketiwi karena melihat temannya ampe ada yang jungkir balik karena kepental badan endutnya untung aja cepet ditangkep sama Hendra. Temen mereka yang endut ini memang selalu membuat suasana tidak pernah ngebosenin.
            “Kita ke rumah lu dulu ya Jis, boleh ga?”
            “Iye, masih siang juga nih, males gua langsung pulang”
            “Yaudah ayo aja gua mah”
Mereka berlima pun sampai di rumah Ajis yang mereka anggap Headquarter Utama bagi mereka setelah rumah Cerga, dan Warnet kesayangan mereka Gelembung.
            “Assalamualaikum”, kelima anak itu kompak mengucapkan salam melihat ada ibunya Ajis di dekat pagar lagi menjemur pakaian.
            “Wa’alaikum salam”, ibunya Ajis sudah mengenali suara gerombolan bebek itu dari jauh. Karena kalau kelima anak ini datang mau main ke rumah, suara terbahak-bahak tawa mereka sudah terdengar dari jauh dan berisik kaya bebek yang lagi di angon di sawah. Itulah mengapa ibunya menganggap mereka seperti gerombolan bebek.
            “Pada mau main ya?”, ibunya Ajis tersenyum ramah menyapa mereka.
            “Iya tante, sekalian mau rapat ngomongin sesuatu”, Bandi langsung menjawab.
            “Mau rapat tentang apa? Gayanya nih masih kecil udah rapat”
            “Hehe, ada deh bu... mau tau aja”, Ajis nyengir-nyengir menjawab pertanyaan ibunya.
            “Heleh... kamu mah palingan rapat soal game kalau engga soal cewe ji...”
            “Ora, bu.. iqi toh penting... Ora urusan cewe dan game wae”. Ajis mulai ngomong bahasa Jawa yang dibalas juga ibunya pake bahasa Jawa. Maka terjadilah debat antar keturunan orang Jawa. Keempat temannya yang lain Cuma bisa bengong ngeliatnya.
            “Wes, deh bu... kita masuk dulu”, logat Jawanya masih terdengar.
            “Yasudah... Oh, iya jis ada kue di dapur kalau teman-teman kamu mau”
            “Sip, Bu”
Pekarangan rumah Ajis sangat luas, tiga mobil pun pasti bakal masuk bahkan lebih.
Halaman rumahnya juga suka dijadikan tempat bermain bola oleh mereka karena saking luasnya. Pekarangan rumah yang dihiasi pepohonan yang tumbuh besar, semak belukar yang menjalar, dan rumput-rumput liar yang dirawat baik sudah mirip seperti Hutan Rimba. Jalan kearah pintu depannya terbuat dari batu-batu yang disusun rapih sebagai penunjuk jalan. Terlihat misitis bagi beberapa orang mungkin... seperti jalan ke dunia lain...
            Gerombolan Bebek ini pun mulai memasuki Hutan mengikuti bebek berkepala plontos  yang berjalan paling depan. Mereka berjalan beriringan dengan runtut seperti bebek yang lagi di angon. Melewati Flin Stone Camp dimana terdapat Meja dari kayu dengan bangku-bangkunya juga yang terbuat dari kayu, melewati Tree of Life sebutan bagi pohon mangga tempat mereka bersenda gurau dimana kalau mereka bosan di dalam rumah dan ingin makan mangga gratis, melewati jembatan gantung ala Indiana Jones yang aslinya adalah jembatan kecil di atas kolam ikan milik adik perempuannya Ajis.
            Dan sampailah mereka di depan pintu rumahnya Ajis. Tapi tiba-tiba bebek plontos paling depan berhenti mendadak. Terjadilah tabrakan beruntun diantara para bebek.
BAK...BUK...BEK...BOK... KWEK....
            “Aduh, kok berhenti sih bek?”, bebek yang paling gendut nanya.
            “Entar dulu.. ada yang gua lupa kayanya Bek”, bebek plontos garuk-garuk kepala.
            “Lupa apa sih lu Bek?”, bebek bertopi bingung.
            “Et deh.. si bebek.. congor lu ngalingin mata gua”, bebek pendiem kesal gara-gara pandangannya kehalang.
            “Ngalingin apaan? Congor gua dari tadi ngadep depan”, bebek yang congornya paling monyong ngelak.
            “Ah, dasar muka lu kaya bebek”, bebek pendiem jadi kesel.
            “Yeee, emang lu engga kaya bebek apa...”, bebek gendut ikut-ikut marah.
            “Udah-udah! Sesama bebek engga boleh ngelanggar PAB”, bebek bertopi mencoba melerai. (PAB=Peraturan Antar Bebek)
            “Isshh, gua yang lupa kenapa lu pada jadi berantem sih?” bebek plontos bingung sendiri.
Terjadilah keributan antar bebek gara-gara si bebek polontos lupa sesuatu. 5 menit berlalu mereka masih ribut. Sampai akhirnya bebek plotnos akhirnya inget sesuatu.
            “Oh iya.. gua lupa minta kunci rumah sama ibu gua”, bebek plontos neplak jidatnya.
            “Ah, lu Bek... gimana sih?”
            “Yah.. Puter balik dong”
            “Iye, puter balik tempat tadi”
            “Oke deh Bek..”
            “Bebek-bebek! Puter balik!!”, bebek yang pendiem memberi komando.
Jadinya kembali lagi deh para bebek masuk ke hutan melewati jembatan gantung lagi, tree of life lagi, Flin Stone Camp lagi, dan nyampe di tempat ibunya Ajis ngejemur.
            “Loh kok balik lagi?”, ibunya Ajis bingung melihat gerombolan bebek balik lagi.
            “Lupa minta kunci rumah bu”, mukanya Ajis datar.
            “Oh... iya lupa”, tersenyum-senyum ibunya ajis segera merogoh kantong dan memberikan kunci rumah. Sudah jadi kebiasaan kalau ibunya lagi diluar, pintu rumah pasti dikunci. Soalnya juga rumahnya Ajis pernah kemalingan saat tengah hari bolong. Jadinya parno deh...
            Setelah menerima kunci dan melewati hutan rimba di pekarangan rumah Ajis. Bebek-bebek ini sampai juga di dalam rumahnya walaupun tadi si bebek gendut sempet kepeleset di Jembatan Gantung yang bikin bajunya jadi kotor.
            “Aduh, celana gua kotor lagi...”, melihat celananya yang penuh lumpur.
            “Jalan pake idung sih lu”
            “Ye... Gua jalan pake kaki.. emang kaya lu pake bibir... bibir sama idung sama panjang...”, Cerga bales ngeledek Afwan yang bibirnya lebih maju 2 cm dari yang lain.
            “Eh, ada Ka Bandi sama yang lain. Pada mau main ya?”,  Adiknya Ajis yang perempuan melihat mereka datang. Adiknya Ajis yang bernama Nela ini sedang sibuk meletakan Gelas yang berisi air ke atas meja di ruang tamu.
            “Iya, Nela mumpung liburan sekolah”
Melihat Adiknya sudah menyiapkan air minum, dan sudah kehausan dari tadi Ajis main serobot saja meminum air yang disiapkan Adiknya.
            “Eh, Mas Ajis jangan di..... , Nela mencoba menahan abangnya tapi telat.
Air minumnya sudah diminum abangnya sampai habis.        
“Kenapa Nel? Ini air minum buat mas kan? Sedep banget loh... Makasih ya”, sembari mengelap bibirnya yang basah.                
            “Mas Ajis... Itukan air dari kolam ikan.. buat naruh ikan Cupang...”, mukanya berubah datar.
Suasana jadi hening sesaat... Bandi, Afwan ,Cerga, dan Hendra Cuma bisa melongo dah kaya patung di musium dan engga nyangka temannya si Ajis suka minum air kolam ikan.
            Ngedenger perkataan adinyaknya pikiran Ajis melayang membayangkan kolam ikan yang tadi baru dilewati. Yang sempet tadi kecemplung sepatunya Cerga, kejatuhan kotorang burung, kejatuhan daun-daun, dan ada kodoknya lagi...
AAAAAHHH.... Pikiran Ajis jadi engga karuan. Apalagi inget ikannya juga pasti buang kotoran di kolam... Ajis langsung nyanyi sambil lonjak-lonjak ngikutin video klipnya Joshua yang lagunya lonjak-lonjak.
           
            Lonjak-lonjak... aku suka lonjak-lonjak...
            Lonjak-lonjak... biar cepet jadi tinggi...
            Biar aku cepet jadi jago...
            Jago lonjak-lonjak... Jadi jagoan... Lonjak-lonjak...

Cuma beberapa liriknya diubah sama dia.
           
Lonjak-lonjak... aku suka minum air
            Lonjak-lonjak... air dari kolam ikan...
            Kolam ikan yang banyak kotorannya...
            Ada kotoran katak... ada kotoran ikan...
            Juga ada kotoran... Burung Merpati

Keheningan sesaat di ruang tamu pecah menjadi tawa gara-gara tingkah Ajis sendiri.. Ajis langsung lari ke kamar mandi, berusaha muntahin air yang tadi di minum.
            “Haha... makanya Mas Ajis... Tanya dulu dong... Jangan main minum aja”, masih terus tertawa.
            “Huahaha... engga nyangka si Ajis suka minum air bekas ikan”, Cerga tertawa puas banget.
10 menit berlalu, akhirnya dia keluar juga dari kamar mandi.
            “Haduh.. Parah kamu La”, masa Mas mu ini disuruh minum air kolam”, sambil mengusap-ngusap perutnya.
            “Huuuh... salah sendiri kenapa mas engga nanya dulu, main minum aja”, membereskan gelas yang tadi sambil berjalan ke dapur.
            “Yaudah lu pada langsung naik ke kamar gua aja... gua mau ganti baju dulu”
Keempat anak ini naik ke lantai atas, ke kamar Ajis yang bersebelahan dengan kamar Adik perempuannya. Mereka menaruh tas dan merebahkan diri di atas karpet. Sedangkan Cerga langsung menyalakan komputernya Ajis..mencoba melanjutkan chatingan sama Sofia.. Mereka mulai bersenda gurau lagi...
            “Pinjem bentaran dong berkasnya Ban... mau gua baca”, Afwan meminta berkas misi yang di pegang Bandi.
            “Nih Wan...”, Bandi menyerahkan berkasnya.
Afwan langsung membaca berkasnya, membulak-balik kertas yang berisikan misi mereka... Matanya mulai bersinar layaknya scanner yang menscan tiap sudut kertas, menelusuri setiap huruf, kata, dan gambar yang menyimpan semua informasi yang ada. Layaknya sebuah perusahaan, Afwan ini berperan sebagai Main Computer atau Colosus Computer yang menyimpan banyak data bagi tim.
            “Apalin dan inget-inget ya odong...”, Bandi meledeknya dengan ledekan tentang mulutnya yang monyong sambil menepuk-nepuk pundak Afwan.
Afwan cuma ngebales dengan muka mendatar terus ngelanjutin ngeSave As berkas ke kepalanya.
            Melihat teman-temannya lagi pada sibuk sendiri, sambil nunggu si Ajis datang.. Bandi menuju beranda lantai dua dan duduk bersandar di bangku yang terbuat dari anyaman rotan yang berulir.. Pemandangan beranda rumah Ajis menyajikan scene sekitar perumahan Puri Permata. Langit siang dan cahaya matahari yang masih menyibukan dirinya pada hari ini membuat Bandi nyaman jika berkumpul di rumah Ajis. Dia senang dengan pemandangan disini. Entah sudah berapa kali dia kesini.. Seingatnya saat pertama dia kerumah Ajis ini ketika SMP.. ketika ingin menjenguk Ajis di rumah sakit... namun saat sudah sampai di rumah sakit dia tidak dirawat disana, tetapi ternyata si Ajisnya sudah pulang ke rumah. Daripada buah-buahan yang dibeli sama teman-temannya satu kelas mubazir. Mereka berlima inisiatif ke rumah Ajis, walau sempet nyasar-nyasar dikit...
            Namun pikiran Bandi mulai melayang mengingat seseorang, matanya mulai terpejam, terbawa kantuk oleh semilir angin yang membuainya. Seketika sosok itu datang dalam mimpinya memberi semangat dan warna padanya... namun semua berubah dalam sekejap... Dia harus melepasnya... bukan karena dia bosan atau membencinya. Dia hanya belum siap, semua seakan datang bertubi-tubi...
            “Lagi ngapain lu Bandi?”, suara Hendra menyadarkan dia dari mimpinya.
            “Engga... Cuma lagi duduk aja...”
Hendra duduk di sebelah Bandi sambil menyandarkan badannya yang terasa letih karena seharian ini. Melihat temannya yang sedang termenung, dia mencoba bertanya...
            “Lu kenapa Ban?”
            “Gua engga kenapa-kenapa...”
            “Gua kan temen lama lu Ban.. Gua tau kalau lu lagi sendiri begini pasti ada yang lu pikirin... lagi mikirin Misi pertama kita ya?”, Hendra menerka-nerka isi pikiran Bandi.
            “Bukan tentang misi kita...”
            “Tentang si dia?”
Bandi terdiam sesaat... Memandang kosong ke langit.
            “Iya, mungkin....” membuka topi Coklat Nikenya, dan menaruhnya di meja.
            “Kok, lu ragu-ragu gitu sih... Bandi yang gua kenal engga kaya gini loh... dulu lu tuh semangat kalau ngapa-ngapain. Dan paling cerewet misalnya ada kerjaan anggota tim yang engga bener”
            “Engga tau gua juga... baru pertama kali gua kaya gini...”
            “Lagian kenapa juga lu pisah sama dia? Dah tau dia sayang sama lu tulus... dan nerima lu apa adanya.. kenapa lunya yang jadi gini? lu benci atau engga cocok sama dia?”
            “Gua begini bukan karena gua benci sama dia atau engga cocok, Dra...”
            “So...?”
            “gua Cuma engga mau bikin dia kesiksa karena gua.... gua engga mau bikin dia ngeluarin air mata hanya karena gua... mungkin ada orang lain yang lebih pantes dari gua yang bisa dia tangisi...”
            “Tahu engga... Wanita itu ciptaan yang mempunyai seribu macam daya pesona yang tak bisa dipungkiri... Sekali lu udah tenggelam dalam pesonanya... engga akan mungkin bisa lu keluar darinya... Lu engga akan tahu pesonanya itu sebelum lu liat lebih dalam kehatinya...”
            “Ke hatinya?”
            “Iya ke hatinya... Wanita sejati tak akan pernah jatuh dalam sekali melangkah... dia akan terus melangkah meski hatinya telah rapuh kehilangan seseorang yang dia sayangi”
            “Yaaa... Wanita itu juga punya kelemahan dan kelebihan seperti laki-laki juga kan? karena itu mereka diciptakan saling berpasangan untuk saling menutupi kelemahan tersebut”
            “Sejatinya juga cinta itu sudah ada dalam setiap hati manusia... Dia itu bagaikan tanaman yang akan berkembang jika ada yang merawat dan menjaganya selalu”
            “Lu enak ngomong begitu... lu kan punya banyak fans dari adik kelas, temen satu angkatan, sampai kakak kelas juga ada... Kalau gua apaan... engga ada istimewanya... lu tau kan gua orangnya bagaimana, Dra?”
“Lu jadi orang biasa-biasa aja deh... walau Cuma pendiem doang. Setidaknya engga sediem gua... ampe ada beberapa orang lain jadi takut sama gua... haha... dikira gua pembunuh berdarah dingin apa”
            “Lu mah emang muka tembok... Dingin kalau malem-malem...”
Hendra langsung menunjukan muka dinginnya dan membuat Bandi tertawa ngakak...
            “Gua mau nanya nih... Kenapa kebanyakan cewe kalau lu tanya udah punya pacar atau belum? pastinya jawabannya udah.. terus udah punya mantan lagi... Tapi kenapa kalau cowo lu tanya udah punya pacar atau belum? pastinya ada aja jawabannya yang belum... Padahal kan kalau dikaji lagi... Cewe itu lebih banyak dari pada Cowo...”
            “Gua bingung deh kalau kaya gitu... mesti dibikin survei dulu, baru bisa tahu penyebabnya”
            “Hidup itu engga akan lengkap tanpa adanya seseorang yang menyayangi lu tulus apa adanya dan bisa menjadikan lu istimewa walau hanya untuknya saja”
            “Iya benar juga apa kata lu... Dra”
            “Andaikan gua masih diizinkan untuk bertemu dengannya suatu saat nanti... gua mau menunjukan semua isi hati gua sama dia... Seperti pepatah Love is never lie...If you can give everything to him, Give all to him and you will know what is Love to be..
“HOOOOIIII...”, Hendra dan Bandi kaget mendengar suara yang kaya Gitar Sember tiba-tiba memekik telinga mereka.
“Eh, ada kelapa muda...”,Bandi melihat Ajis nongol dari balik pintu.
“Itu mah bukan kelapa muda... tapi kelapa tua...”, mereka tertawa melihat ada kepala Ajis yang plontos dengan cepak abrinya nongol dari balik pintu.
“Enak aja kepala gua disamain ama kelapa... Itu gua bawa kue. Lu pada mau engga? Entar habis dimakan Cerga sama Afwan loh...”, Ajis melirik Cerga dan Afwan yang sudah menyerbu Kue Bolu buatan ibunya yang terkenal enak.
“Eh, gua mau juga dong...”
“Sama gua juga laper”, Hendra dan Bandi langsung masuk lagi ke dalam.. Ikut menyerbu kue bolunya, berebut sama Cerga yang sudah ngambil 5 potong... perang taktik engga terelakan, silat tangan dan jari beradu padu, kejar-kejaran sama Cerga yang bawa-bawa nampan kue, sampai jumpalitan ngelawan Cerga. Ajis ngambil 3 potong.. Hendra 4 potong.. Bandi 2 potong.. dan Cerga nambah lagi dua potong jadi 7 potong. Enggak lama kue bolunya sudah habis bersisa nampannya doang. Cuma Afwan doang yang engga makan.
“Lu engga makan Wan?
“Kuenya dah abis loh”, Ajis membersihkan remah kue yang berserakan.
“Cerga makan banyak banget nih.. engga kira-kira...”, Bandi kesel gara-gara Cuma dapet 2. Dan Cerga Cuma bisa nyengir doang dengan tangan masih memegang sepotong bolu.
“Tenang aja gua mah... Tadi dah gua masukin ke plastik kok pas lu pada sibuk”. Keempat bebek ini Cuma bisa bengong melihat Afwan.. Pinter juga nih si Afwan..Diem-diem walaupun bibirnya monyong dan dalem kaya sumur, jago makan juga dia...
            “Yaudah gua ambil minum dulu... serekkan pada makan engga pake minum?”, Ajis bangun dari duduknya dan turun ke bawah.
            “Dari pada kita bengong lagi, langsung mulai aja deh rapatnya”, Bandi mencoba mengajak temannya agar tidak membuang waktu.
            “Sip, kita mulai...”
Semuanya duduk berurut membuat lingkaran, memulai diskusi tentang misi dan juga hal-hal yang menyangkut tentang pemikiran mereka. Forum rapat seperti inilah yang bisa membuat mereka menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi. Masalah perorangan atau bersama. Semua saling membantu. Demokrasi dan musyawarah terjadi disini.
“Ini kanjeng doro minumnya...”
, tiba-tiba Ajis datang membawa gelas-gelas dan seteko Sirup sambil mengenakan blangkon ala orang Jawa. 
            “Dalem kraton nyasar dari mana ini?”, Cerga kaget melihat Ajis datang dan langsung membagikan minuman.
            “Haha... pekerjaan sampingan nih kayanya...”, Hendra meledek.
            “Dah mulai yuu... ada lu jadi engga mulai-mulai Jis”, Afwan jadi jengkel sendiri. Melihat Afwan cemberut kaya kencur Ajis duduk manis sambil nyengir-nyengir sendiri.
            “Begini... Kita kan besok mau mulai misi pertama kita, jadi usahakan kita mencoba berbaur dengan penghuninya. Agar kita bisa dengan mudah mencari target sasaran”, Afwan mulai berbicara. Yang lain Cuma bisa ngangguk-ngangguk kepala kaya hiasan yang ada di mobil-mobil angkot.
            “Secara harfiah misi kita ini cukup mudah, karena Cuma nganter-nganter doang.. Lagian mana ada sih yang mau ngapa-ngapain anak sekolahan
“Enggak ada adegan tembak-tembakan dong? Atau efek ledakan kaya kembang api?”, Ajis berharap-harap cemas.
“Kayanya emang engga ada.. kan kita latihan menggunakan senjata juga Cuma buat jaga-jaga. Sisanya pake beladiri jarak deket”, Afwan mulai membuka-buka berkas lagi.
“Kalau beladiri jarak deket mah buat Hendra jagonya”, Bandi melirik ke Hendra. Cuma dibales Devil Face sama Hendra dengan matanya yang berkilat-kilat dan giginya yang tajam.. bikin Bandi jadi ketakutan sendiri kaya abis liat setan...
“Wah engga mirip kaya Mission Imposible di TV dong...”, Ajis lemes. Dalam hatinya Cuma bisa berkata Engga keren nih...
“Nyerempet dikit lah... palingan jadi Mission Possible”, semua jadi tertawa renyah sama guyonannya Bandi.
“Cerga... tolong cari target di Internet ya namanya Aninda Welina Mekasari”, Afwan menyuruh temennya yang badannya endut. Yang dari tadi malah asyik Twitteran.
“Oke deh”, jari-jemari Cerga langsung menari-nari menekan tombol-tombol di keyboard. Matanya mulai berkilau-kilau melihat layar monitor. Mulai bersurfing ria tanpa batas di jaringan dunia maya... Dan akhirnya ketemu..
“Ada tapi data pribadi E-mailnya di password”
Retas aja dulu datanya”, Afwan menyarankan.
Cerga langsung mencari kodenya, memecahkan setiap huruf dan kode. Dan akhirnya bisa terbuka juga... Memang ahlinya Main set computer Cuma Cerga doang yang bisa...
            “Dah kebuka ini”
            “Coba liat apa hobinya, sifatnya, kepribadiannya, kesukaannya, dan fotonya dari atas sampai bawah”
            “Atas sampai bawah?”, Cerga mulai berpikiran yang enggak-enggak.
            “Jangan pikir yang macem-macem deh... maksudnya jangan mukanya doang... yang ampe kakinya juga”, Afwan dah mulai enggak enak ngeliat tampannya Cerga yang udah mulai nyerempet dari pikiran alimnya.
            “Hen, lu kan seorang psikolog muda, coba lu liat apa lu bisa ngedeketin dia...”
            “Coba, gua liat”, Hendra menggeser Cerga sedikit, melihat kepribadiannya secara visual mapaun analistis.
            “Jangan lupa fotonya...”, Afwan ngingetin lagi. Cerga mulai ngantuk ngedenger perintah Afwan tapi langsung berselancar ria lagi sampai menemukan sebuah folder yang bertuliskan My Privasion Foto...
            “Eh, ketemu nih... foto pribadi malah...”, mata Cerga langsung melek lagi ngeliat foto-foto di folder tersebut.
            “Eh, mana gua juga mau lihat”
            “Gua juga dong”
            “Et sempit nih”, Cerga kesel di dempet kiri-kanannya sama odong-odong dan kelapa Tua yang engga pernah muda. Mereka bertiga asyik ngeliat monitor. Hendra dan Bandi Cuma bisa bengong ngeliat ulah konyol ketiga temen mereka yang udah kompakan banget kalau ngeliat yang kaya begitu. Gimana sih si Afwan malah jadi ikut-ikutan Cerga... padahal dah mulai serius tadi... Bandi cuma bisa bergumam sama pikirannya.
            “Wah, cakep juga....”, Afwan bengong melihat pemandangan syuuur dimatanya, bibirnya hampir jatoh karena itu, tapi langsung ditadangin pake tangan sama Ajis.
            “Manis banget bleh... kaya melon thailand”
            “Itu mah kaya duren montong rumah gua”, Ajis enggak mau kalah sama Cerga.
Karena saking kesalnya Hendra dan Bandi akhirnya turun ke bawah ngambil karung beras yang kosong di dapur, terus naik lagi ke atas ngarungin mereka bertiga dan matiin layar monitor.
Mereka akhirnya rapat lagi dengan keadaan Afwan, Ajis dan Cerga masih dikarungin...
            “Oke jadinya rapat sampai disini dulu saja”, Afwan ngomong dengan keadaan masih diiket pake karung.
            “Iya, sampai sini aja dulu”, Ajis kesusahan ngegaruk hidungnya karena kehalang karung beras.
            “Kapan-kapan kita bisa liat lagi kok fotonya”, Cerga masih kebayang foto syuurnya Aninda yang tadi... yang manis kaya melon, dan bening kaya belimbing Depok. Ngeliat kelakuannya masih begitu Hendra dan Bandi langsung ngeluarin Devil Smilenya terus langsung nusuk-nusuk temannya yang endut itu pake pensil.
            “Eh... eh... eh... Geli hoiii”, Cerga engga kuat ditusuk-tusuk pake pensil yang malah buat dia jadi kegelian. Sampe ketawa-ketawa engga karuan... sedangkan Ajis dan Afwan Cuma kebingungan ngedenger suara Cerga yang lagi disiksa.
            “Sampai besok ya... kita kumpul di depan gang rumah Bandi pagi-pagi...”
Bandi, Afwan, Hendra, dan Cerga sudah ada di depan gerbang rumah Ajis.          
“Pulang dulu ya Plontos...”
            “Pulang dulu botak”
            “Ati-ati dijalan... kalau nyasar balik lagi ke sini aja...”, Ajis meledek ke empat temannya yang mulai pergi meninggalkan rumahnya. Langit sudah membiaskan cahaya matahari yang berwarna oranye... sore mulai menjalar di atas mereka... memberi penggambaran pada mereka untuk mempersiapkan hari esok sebaik mungkin...
Don’t be honest with everyone... or you will be a strange man in the world..
Just remember the moment you will find with the different thing...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar